Jumat, 21 November 2014

Neraca minyak yang sederhana

Nah, kali ini saya mau belajar tentang hitung-hitungan neraca minyak. Yang saya tahu dari hasil googling dan diskusi warung soto surabaya, ternyata minyak mentah itu tidak dihitung dengan gayung apalagi ember. Karena ember tiap rumah bisa berbeda. Bahkan meski di rumah yang sama, ember di kamar mandi depan pun bisa berbeda ukuran dengan yang ada di kamar mandi belakang. Sepertinya ada kesepakatan bahwa minyak mentah itu harus dihitung dengan barrel. Gampangnya, 1 Barrel = 1 drum. Untuk minyak mentah = 158,9873 liter.

Minyak mentah setelah diolah menjadi banyak sekali produk, antara lain: gas, avtur, minyak tanah, bensin, solar, asphalt, dan masih banyak lagi. Dari 1 barrel minyak mentah, kurang dari 50% yang akan menjadi minyak mateng alias bensin. Ya kurang lebih 75 liter bensin. Lalu diolah lagi di pengilangan minyak yang menyebabkan nilai oktannya berbeda. Ini yang membedakan premium dan pertamax.

Nah, sebenarnya saya agak bingung ketika terjadi kontroversi kenaikan harga bensin atau solar. Hitung-hitungannya kelihatan rumit banget. Yang satu bilang ABCD, yang satu bilang BCFG. Cuman ketemu di huruf B dan C. Tapi tidak clear di awal dan di akhir si minyak itu. Mentahnya Indonesia punya berapa, dan matengnya punya berapa; ini yang sering diburamkan oleh para elit itu.

Tapi dari semua kerumitan ini, mungkin hanya abang tukang soto surabaya ini yang tidak ikut rumit. Dia cuma menaikan harga dari Rp 8000 menjadi Rp 10.000. Alasannya sederhana dan jauh dari kerumitan, yaitu daging dan bumbu-bumbu naik. Dan dari harga yang naik ini, saya tinggal mengurangi kerupuk yang biasa saya beli sebagai teman si soto supaya pengeluaran saya tetap seperti ketika harga bensin belum naik. Sederhana dan jauh dari kerumitan. Ya semoga para elit itu hidupnya tidak serumit hitung-hitungan mereka.

Tidak ada komentar: