Terlihat di video, garasi sebesar parkiran mall di jakarta. Mobil-mobil mewah, bahkan keterlaluan mewahnya. Mungkin mencapai 3 digit jumlahnya.
Setelah melihat kekayaan salah satu pimpinan negara tetangga melalui youtube, yang saya pikirkan pertama kali bukan “Saya harus bisa menjadi kaya seperti dia” atau kata-kata optimis lain seperti “Kalau dia saja bisa, kenapa saya tidak!” Tetapi yang pertama kali saya pikirkan adalah sebuah pertanyaan, “Apa dia sempat memakai semua mobilnya?”
Pikiran saya yang di atas tidak disukai di dunia pengembangan diri dan motivasi. Seingat saya, dalam beberapa kali mengikuti pelatihan motivasi, saya harus selalu berkata dan berpikir yang optimis. Selalu harus berteriak “yes.. yes… yes…!” atau kata-kata “luar biasa!!!” dan berpikir kalau kita bisa. "Yes, we can!!"
Tidak salah memang para motivator itu, hanya saja saya tidak bisa dimotivasi dengan cara itu. Mungkin harus ada cara baru untuk memotivasi saya dan orang-orang yang merasakan hal yang sama seperti saya.
Bicara kekayaan (harta), berarti bicara penghasilan. Jika ia adalah pegawai, maka penghasilannya adalah gaji. Mungkin kalau saya boleh menggeneralisasi, gaji lulusan S1 berkisar 3 jutaan di awal kerja. Setelah sekian lama bekerja, gaji naik menjadi 6 jutaan. Lalu saya bandingkan dengan para pejabat direksi PT Telkom yang sudah lama bekerja, rata-rata gajinya lebih dari 600 juta perbulannya! Untuk membandingkan nominal-nominal ini, kata-kata 'bagaikan bumi dan langit' tidak cukup. Mungkin harus ada kata baru untuk ini, kalau saya mengusulkan 'bagai surga dan neraka'.Lelah juga membandingkan nilai nominal itu.
Oiya.., saatnya main futsal. Mungkin ini yang para pejabat itu tidak punya. Dan mungkin saja 'neraka' saya lebih membahagiakan daripada 'surga' mereka. Ya, mungkin saja :)
2 komentar:
bahagia, tak pernah bisa diukur dengan uang sob... dan mungkin bahkan, itu yang mereka ga punya.. :)
Iya, masing-masing orang boleh memiliki pengertian yang berbeda dengan kata "BAHAGIA"
Thx for d comment
Posting Komentar