Senin, 26 Desember 2011

Kata ikhlas itu seharusnya indah

Lagi lagi orang kecil yang harus ikhlas. Aduh, maksud saya bukan mengeluh seperti itu.

Kata ikhlas itu bermakna sangat mulia. Sungguh, hanya orang-orang yang ikhlas saja yang tidak mampu dikalahkan oleh setan. Maka ketika saya mengetik kalimat di atas "Lagi lagi orang kecil yang harus ikhlas", bukan berarti orang kecil tidak boleh ikhlas.

Wajar, bahkan baik, jika sebuah perusahaan menuntut karyawannya untuk ikhlas dalam bekerja. Namun aneh bahkan zolim jika sebuah perusahaan menuntut karyawannya untuk ikhlas dalam menerima upah di bawah yang semestinya.

Bahkan menurut saya, kata "ikhlas dalam bekerja" yang dimaknai sebagai bekerja dengan maksimal dengan tidak terlalu memikirkan upahnya adalah tidak tepat. Ikhlas dalam bekerja itu adalah profesional. Karena Islam itu profesional.  

Saya tidak mau panjang lebar dalam hal ini. Singkatnya, mudah-mudahan karyawan ikhlas dalam bekerja, dan perusahaan pun ikhlas dalam mensejahterakan karyawannya :)

Harapan itu harus selalu ada

Begitu banyak orang-orang yang mencari keuntungan di dalam penderitaan orang lain. Di saat ada orang yang mengalami kecelakaan, bukan membantunya namun justru mengambil dompetnya.

Sekarang ini lagi trendnya program televisi yang memanfaatkan kemiskinan orang untuk meningkatkan rating. Jika niatnya sekedar menaikkan rating, maka saya katakan mereka buruk! Dan begitulah. Kesempatan dalam kesempitan sering dimaknai negatif.

Saya akan mencoba merubah makna "Kesempatan dalam kesempitan" menjadi sesuatu yang positif. Dan saya rasa kita sepakat, jika subjek dan objeknya berbeda, maknanya menjadi negatif. Namun apabila subjek dan objeknya sama, maka maknanya akan positif. Now, take a look:

Jika seseorang mencari kesempatan dalam kesempitan yang menghimpitnya, berarti ia telah melakukan sesuatu yang positif. Ia tetap mencari jalan keluar dari kesulitan yang menimpanya. Ia tidak berputus asa. Keren kan?

Saya jadi ingat salah satu film favorit saya, Pursuit of Happyness. Salah satu pesannya adalah, "pintar-pintarlah untuk mencari celah di dalam kesulitan yang menghimpit." Maka bagi kalian yang sedang mengalami kesulitan, carilah celah-celah itu :)  


Jumat, 09 Desember 2011

Rakyat Perwakilan Dewan

Orang-orang DPR belakangan banyak disoroti masyarakat. Yang terakhir tentang gaya hidup yang borjuis. Saya tidak tahu apakah ini pengalihan isu dari permasalahan yang lebih penting atau apa.

Jika bicara gaya hidup, maka sudut pandang tiap orang akan berbeda. Oleh karenanya, saya tidak mau menghakimi terlalu jauh gaya hidup mereka. Karena, gaya hidup saya pun tidak bisa dibilang sederhana jika dilihat dari pemasukan yang saya terima hehe. 
 
Dari kisah kehedonisan orang-orang DPR ini, lalu saya mencari tahu, barangkali ada yang agak berbeda. Saya ketik di google "Anggota DPR sederhana". Alhamdulillah, ternyata masih ada. Saya temukan di blog seseorang: http://bumi-tuntungan.blogspot.com/2011/01/anggota-dpr-yang-sederhana.html.

Saya doakan bagi yang hidup sederhana, semoga mendapat kebahagiaan dalam kesederhanaannya :)

Rabu, 07 Desember 2011

Film politik tidak lagi menarik (bagi saya)

Mengikuti perkembangan politik tanah air melalui TV memang menarik. Namun belakangan, dalam pandangan saya, daya tarik acara-acara tersebut menurun drastis. Jika difilmkan pun, saya kira ratingnya akan buruk disebabkan hal-hal sebagai berikut:

Yang pertama, temanya tidak jelas. Sebagai penonton, saya tidak mengerti apa yang sedang diceritakan. Padahal sebagai masyarakat, saya inginnya menonton pertunjukkan yang sederhana jalan ceritanya. Ada kejahatan, tangkap penjahatnya, hukum, dan jagoannya menang. That's all!   

Kedua, aktor dan aktrisnya tidak berakting dengan baik. Saya kira masih kalah dengan aktor dan aktris kawakan tahun 80-90an. Yah, ini mungkin karena para aktor dan aktris yang baru ini merasa mereka sudah cukup cakap dalam berakting. 

Ketiga, terlalu banyak peran pengganti. Jika mau maksimal dalam berakting, seharusnya ketika adegan terjatuh, ia benar-benar orang yang terjatuh. Tidak lantas menggantinya sehingga peran pengganti yang terjatuh. 

Keempat, durasinya terlalu panjang.  Terlalu berbelit-belit ceritanya. Dan tidak kunjung usai. Padahal penonton punya kesibukan lain.

Dan kelima, endingnya tidak jelas. Saya sebenarnya tidak tahu apakah sudah selesai atau memang masih bersambung.  

Oleh karenanya, saya mengurangi porsi menonton program-program yang menayangkan 'film politik' tersebut. Saya bersyukur masih ada program-program yang menurut saya masih baik. Saya biasa menonton Kick Andy, Wisata Hati Yusuf Mansyur, Golden Ways Mario Teguh, Just Alvin, dan Jejak Petualang.