Sabtu, 17 Maret 2012

Terbaik terbaik

Ketika Pele bermain, saya belum lahir. Begitu juga dengan Franz Beckenbauer, Socrates, Platini, maupun Maradona. Untuk yang terakhir, saya sudah lahir namun belum mengerti sepak bola hehe.. Para pemain hebat yang sempat saya tonton adalah Zinedine Zidane, dan Ronaldo de Lima. Lalu ada beberapa pemain yang sekarang (awal 2012) masih bermain meskipun kemampuannya sudah jauh dari masa terbaik mereka seperti Ronaldinho, Ryan Giggs, Edgar Davids, dan masih banyak lagi. 

Dunia di pertengahan 2012 ini sedang membandingkan siapa yang lebih hebat di antara dua penyihir baru, yaitu Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Ada kontroversi. Dan tidak ingin ketinggalan, saya pun masuk dalam perdebatan tersebut. Dalam sebuah pergulatan pikiran, saya menemukan jalan buntu yang gelap, lalu sedikit berjalan dengan melepas sedikit keegoisan, saya akhirnya menemukan cahaya.

Inti dari kontroversi itu ada di penamaan "terbaik" itu sendiri. Kata "terbaik" belum diterjemahkan secara baik, sehingga memberi ruang tafsir kepada setiap orang. Bisa diperjelas, terbaik dalam hal apa? Apakah mencetak gol? Teknik? Mengatur permainan? Kecepatan? Meraih juara? Atau dalam sikapnya?

Messi sempurna dalam dribbling bola, kecepatan, teknik, dan mencetak gol. Tendangan bebasnya terbilang baik, dan Ia pun baik dalam kerjasama tim.

Cristiano Ronaldo. Meski kemampuan dribblingnya sedikit di bawah Messi namun ia unggul dalam kecepatan dan sangat baik dalam urusan mencetak gol. Kesuburannya mencetak gol dibantu oleh kemampuan bola atas dan tendangan bebasnya. Pemain ini memiliki kekuatan yang sangat baik dan selalu menjadi andalan di klub yang dibelanya seperti Sporting Lisbon, Manchaster United, Real Madrid, maupun di timnas Portugal. Alhasil, Messi unggul atas Ronaldo dalam dribble, teknik, dan kerjasama tim, namun Ronaldo unggul dalam bola atas, kekuatan, & pengaruh di dalam sebuah tim. Keduanya sempurna dalam produktifitas gol. Sehingganya sampai saat ini.

Jika kriterianya seperti kedua pemain di atas, maka akan sulit bagi pemain bertahan dan kiper untuk mendapat gelar pemain terbaik atau Ballon d'Or. Seorang defender tidak membutuhkan kemampuan dribble dan mencetak gol. Yang dibutuhkan mereka adalah teknik bertahan, kecepatan, dan kekuatan. Begitu juga dengan seorang kiper yang hanya membutuhkan teknik goalkeeper, respon, kekuatan dan kecepatan.

Tiba-tiba saya teringat Fabio Cannavaro, seorang defender yang pernah meraih gelar ini. Dan saya rasa ia mendapatkan gelar ini karena ia seorang kapten dari negara yang menjadi juara dunia kala itu (Italia 2006).

Kesimpulannya, tolak ukur pemain terbaik harus diperinci atau setidaknya diperluas menjadi beberapa kriteria.